Satu Dekade

Dan, satu dekade berlalu. Masih teringat jelas apa yang terjadi di 10 tahun silamku. Tuhan menakdirkan hidup seorang daku berbeda dari teman-temanku pada umumnya. 2011 adalah tahun kelulusanku, dengan sifat yang diturunkan bapak dan ibu aku menjadi insan yang sangat ingin menimba ilmu, namun Tuhan memberikanku cara berbeda.

 

Segala yang kulalui terekam jelas di memori, ah padahal aku adalah si pelupa. Namun apalah Nia, yang diingat hanyalah luka.

 

Waktu di mana seorang bapak bukanlah sahabat baik, badai besar kulalui dahulu. Membuat kami memilih untuk berjarak, semesta menginginkannya. Satu tahun nama bapak menjadi asing, tak terdengar. 


Waktu di mana aku belajar untuk hidup tanpa siapapun, agaknya hidup di episode Jogjakarta membuatku dapat bertahan saat ini. Tuhan maha adil, maka ia membiarkanku dapat hidup sendiri. Dalam episode ini, banyak hal terhikmahi, beberapa ialah: ada yang tidak bisa kita paksakan untuk kita miliki; tidak meraih yang dicita-citakan tepat waktu bukanlah akhir; bisa jadi seseorang berjalan menuju pelabuhan menggunakan kendaraan bermesin ada pula yang berjalan kaki. Cepat atau lambat, kita akan sampai.

 

Waktu di mana aku pulang, Tuhan mengizinkan kami hidup dalam damai. Bahagia dengan segala syukur selalu terlimpah. Bahagia. Lalu bapak, menjadi sahabat yang tak pernah kuduga ada. Kita menjadi kawan berdiskusi, segala amanah yang beliau sampaikan, pandangan yang sangat bijaksana akan segala hal, tak kusadari beliau memiliki pengertian di luar batas. Walau tak tepat waktu menyadarinya, aku mencintai bapak dengan segala kekuranganku. Hidupku terasa tenang berada di sisinya. Tak kubutuhkan orang lain.

 

Lalu Tuhan, dengan waktunya yang tepat mengizinkanku melanjutkan sekolahku. Segala kesulitan yang kami lalui, membuat aku dapat menerima bahwa mendengarkan orang tua akan lebih bermanfaat. Waktu di mana aku mulai sibuk dengan dua prioritas bekerja dan berkuliah. Semua terasa cepat berlalu.

 

2018 adalah tahun di mana ketenangan dan keyakinanku akan Tuhan benar-benar kuat... mendedikasikan diri untuk selalu bertemu bapak menjadi kegiatanku yang baru. Tuhan dengan segala rahasianya berbaik hati kepadaku. Aku jauh dari anak berbakti, Tuhan pasti mengerti, Tuhan tahu apa yang ada dalam hatiku. Terima kasih bapak, ternyata hidup harus berlanjut tanpa kehadiranmu.

 

Berat terasa.

 

Lalu datanglah tahun ini, lusa kemarin, tepatnya 23 April 2021. Aku menyelesaikan sekolahku. Namun bapak sudah terbaring kaku di bawah tanah. Semua yang kulakukan untuk bapak, walau ini duniawi, semoga bapak bangga.

 

Aku akan memulai langkahku yang baru, ke mana air mengalir, karena Allah, aku ingin menjadi seseorang yang dapat bermanfaat. Tidak pernah tahu apa yang akan kuhadapi nanti, aku siap.

 

Terima kasih Tuhan, izinkan Engkau menyampaikan doaku kepada ayahanda tercintaku.

 

_________________

Ramadhan hari ke-13

1 comment:

  1. semangat selalu !
    dan selalu tebar benih kebaikan yak ;)

    ReplyDelete

Powered by Blogger.