Bumi pada September 2020

 

Seluruh dunia serta lapisan masyarakat tahu, di awal tahun 2020 kita semua kedatangan tamu. Ia sang virus baru, merajai hampir seluruh bagian dunia, mungkin ini peringatan bagi kami yang sadar, bahwa ada balasan bagi hamba yang melewati batas. Namun, bukan cerita seluruh dunia yang ingin kubahas. 

Selamat datang di duniaku saat wabah.

Kuceritakan kembali bagaimana kami anak bapak menghikmahi musibah ini, Rara bilang beruntung bapak sudah pulang, dengan keadaanmu yang sangat rentan pun dengan segala keterbatasan kita yang harus berlindung di atap sempit, Rara bersyukur bapak tidak perlu merasakan kengerian ini, rasa bosan yang merasuk cepat, tiba-tiba harus memiliki kebiasaan baru, tiba-tiba kita memiliki banyak waktu untuk menyayangi satu sama lain.

Tapi pepatah itu benar, because too much can hurt you so much dalam riuhnya aktifitas kami yang melakukan apapun dari rumah, semua hal terasa dekat dan instan dalam bersikap. Terkadang tidak ada gap yang kupunya saat aku perlu berpikir, semua terasa berlebihan dan batas itu seperti terlewati. Terlalu sering mata bertatap, atau sekedar keluar kamar untuk makan dan melakukan hal yang biasa kulakukan agaknya hal itu tabu. Kewajiban baru yang bukan kewajibanku. Begitulah kebiasaan baru.

Yang unik adalah, Tuhan memberikan jeda kepada kita, tidak dengan kita, kita sedang diuji tidak memiliki jeda. Jeda saat kehilangan, jeda menghilangkan bosan, jeda untuk mencintai diri, dan lainnya.

Manusia di Bumi hidup dengan angka, semua berpikir pengulangan angka adalah sesuatu yang cantik. Seperti aku, yang berpikir 2020 akan menjadi tahunku. Dengan kombinasi tanggal dan tahun yang akan membuat momen lebih bermakna, mungkin, aku berharap keindahan kan kudapatkan pada tahun ini. Manusia hanya bisa berasumsi dan berharap. 

Semua ingin mimpi buruk ini berakhir, apalagi aku, setitik noktah yang diberi nafas di alam semesta, aku ingin menyempurnakan hal yang selama ini aku abaikan, namun harus melalui jalan berliku. Sabar selalu menjadi pakaian. Tuhan, semoga Engkau mudahkan.

Saat aku mengetik ini, Indonesia sedang mengalami second/third wave. Jumlah terjangkit COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Awalnya hanya kulihat di televisi, tetapi Tuhan sedikit menegurku, belum lama ini lingkunganku terkena musibah, dan aku melakukan kontak dengan orang pertama yang berkontak dengan pasien positif. Perasaan yang tidak pernah kurasakan, khawatir, seakan kiamat perlahan masuk, shock therapy yang kami rasakan harus kurangkum dalam catatan digitalku. Semua akan merasakan guncangan pada waktunya.

Akan kuceritakan tentang dunia yang lainnya, jika Tuhan mengizinkan mood itu datang.


Medio: 2 September 2020

No comments:

Powered by Blogger.